Peninggalan Kerajaan Sriwijaya – Bangsa Indonesia dibangun dari keberadaan kerajaan-kerajaan zaman dulu.
Salah satu kerajaan besar yang menjadi bagian dari sejarah Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bahari bercorak Hindu-Budha yang berpusat di Palembang, Sumatera Selatan.
Sriwijaya berdiri sekitar tahun 683 Masehi dan bertahan hingga 1025 Masehi. Wilayah kekuasaan Sriwijaya mencapai Sumatera, Jawa, Thailand, Kamboja dan Semenanjung Malaya.
Kerajaan Sriwijaya tergolong kerajaan yang sangat berpengaruh dengan daerah kekuasaan yang sangat luas. Sriwijaya juga dikenal karena kekuatan armada bahari atau kelautan yang kuat, bahkan menjadi pusat pelabuhan untuk dagang.
Abad ke 9-10 merupakan masa kejayaan Sriwijaya. Saat itu Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan Asia Tenggara juga menguasai Selat Sunda dan Selat Malaka sebagai jalur dagang strategis.
Kerajaan Sriwijaya kemudian runtuh sekitar tahun 1025 Masehi saat serangan dari Rajendra Chola I dari Koromandel.
Usai runtuh, kerajaan Sriwijaya tetap dikenang sebagai kerajaan yang memberi pengaruh besar dan positif terhadap sejarah Nusantara.
Nama Sriwijaya menjadi identik dengan kota Palembang di Sumatera Selatan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya pada masanya.
Masih banyak juga peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang masih terjaga hingga saat ini. Peninggalan tersebut memberi bukti kejayaannya dan bisa menjadi jejak sejarah.
11 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
1. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka bagian barat. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno menggunakan aksara Pallawa.
Isi prasasti yang ditemukan J.K Van Der Meulen pada tahun 1892 ini bercerita tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah atau perintah Raja Sriwijaya.
Hingga pada tahun 2012, Prasasti Kota Kapur ini masih ada di Rijksmuseum yang merupakan Museum Kerajaan Amsterdam. Prasasti tersebut berada di sana dengan status dipinjamkan oleh Museum Nasional Indonesia.
2. Prasasti Ligor
Sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang menjadi bukti kekuasaannya, Prasasti Ligor ditemukan di Nakhon Si Thammarat, wilayah Thailand bagian Selatan.
Prasasti ini memiliki dua sisi yang disebut sisi A dan sisi B. Sisi A disebut juga manuskrip Viang Sa, bercerita tentang Raja Sriwijaya sebagai raja dari semua raja di dunia yang mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara.
Sisi B diperkirakan ditulis oleh raja dari wangsa Sailendra yang menjelaskan tentang pemberian gelar Visnu Sesawarimadawimathana untuk Sri Maharaja.
3. Prasasti Berahi
Ditemukan oleh Kontrolir L.M. Berhout pada tahun 1904, Prasasti Berahi ini juga menjelaskan tentang kutukan untuk mereka yang melakukan kejahatan dan tidak setia pada Raja Sriwijaya.
Isi prasasti ini lebih tepatnya tentang doa-doa kepada dewa agar menghukum orang jahat. Meski tidak dilengkapi dengan tahun, isi prasasti ini bisa diidentifikasi melalui aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno yang digunakannya.
Baca juga : Perundingan Linggarjati
Prasasti ini juga disebut dengan nama Karang Berahi karena ditemukan di desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi.
4. Prasasti Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan oleh seorang residen Palembang bernama Louis Constant Westenenk pada kaki Bukit Seguntang tepi bagian utara Sungai Musi.
Prasasti ini berisi tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran Budha pada masa Sriwijaya yang kala itu merupakan aliran Mahayana.
Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kata khas aliran Budha Mahayana pada prasasti berukuran 50 cm x 80 cm ini.
5. Prasasti Kedukan Bukit
Selanjutnya, ada Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan oleh M. Batenburg pada 29 November 1920. Prasasti berukuran 45 cm x 80 cm ini memakai bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa.
Isinya merupakan cerita tentang seorang utusan Kerajaan Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang mengadakan Sidhayarta atau perjalanan suci memakai perahu.
Dari prasasti tersebut diperoleh informasi bahwa Dapunta Hyang yang berangkat dari Minanga mampu menaklukan kawasan dimana prasasti itu ditemukan yakni Sungai Musi, Sumatera Selatan.
6. Prasasti Telaga Batu
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang pada tahun 1935.
Di tempat yang sama, juga ditemukan Prasasti Telaga Batu 2 yang menceritakan tentang keberadaam sebuah vihara. Prasasti ini dipahat di batu andesit dengan tinggi 118 cm serta lebar 148 cm.
Ada hiasan 7 buah kepala ular kobra di bagian atas prasasti serta terdapat pancuran tempat mengalirnya air pembasuh di bagian tengah.
7. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah ditemukan di pinggiran rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Di ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno aksara Pallawa, prasasti ini terdiri dari 13 baris tulisan.
Dilihat dari aksaranya, prasasti ini diperkirakan berasal dari abad 7. Isi prasasti ini masih sama yaitu seputar kutukan terhadap orang-orang yang tidak mau tunduk pada pemerintah Kerajaan Sriwijaya.
8. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus bukan satu-satunya candi yang merupakan peninggalan Sriwijaya. Candi ini berlokasi di Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau.
Candi bercorak Budha ini dikelilingi tembok dari batu putih sepanjang 74 x 74 meter dengan ketinggian lebih kurang 80 cm.
Candi Muara Takus dilengkapi dengan beberapa bangunan yaitu candi sulung, candi bungsu, mahligai stupa, dan palangka. Sejak 2009, candi ini dinobatkan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO.
9. Candi Muaro Jambi
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terkenal lainnya adalah Candi Muaro Jambi. Candi ini berada di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, tepat di tepi sungai Batang Hari. Muaro Jambi dibangun pada abad 11.
Dengan luas mencapai 3981 hektar, kompleks candi ini disebut sebagai yang terluas di Asia.
Dalam kompleks tersebut terdapat 9 buah candi yang baru mengalami proses pemugaran yakni Gedong Satu, Kotomahligai, Kembar Batu, Gedong Dua, Kembang Batu, Tinggi, Gumpung, Telago Rajo, Candi Astano dan juga Kedaton.
10. Candi Bahal
Candi Bahal, Candi Portibi atau Candi Biaro Bahal berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Candi Budha ini juga dibangun pada abad 11 dengan material batu merah pada bagian bawah candi.
Terdapat hiasan berupa papan yang dikelilingi ukiran tokoh yaksa berkepala hewan yang sedang menari pada bagian kaki candi.
Kompleks candi yang dari beberapa candi dengan sebutan candi Bahal I, candi Bahal II dan seterusnya ini dijadikan obyek wisata sejarah.
11. Gapura Sriwijaya
Selain candid an prasasti, peninggalan Kerajaan Sriwijaya juga berupa gapura. Gapura Sriwijaya berada di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.
Baca juga : Kerajaan Kalingga
Terdapat 9 gapura dalam situs ini namun masih ada 7 yang ditemukan. Situs ini sempat mengalami kerusakan parah akibat erosi dan bencana alam gempa bumi.
Reruntuhannya membentuk bebatuan segi lima memanjang dengan tanda cekungan bentuk oval ke dalam pada salah satu bagian sisi batu.
Benda-benda dan bangunan peninggalan Kerajaan Sriwijaya di atas memberikan bukti bahwa kerajaan tersebut pernah berkuasa di nusantara.
Hingga saat ini, peninggalan-peninggalan tersebut masih tersimpan di museum dan terjaga sebagai cagar budaya serta obyek wisata yang harus terus dilestarikan.