Metagenesis Lumut – Tumbuhan memiliki caranya masing-masing agar dapat bertahan hidup sesuai dengan habitatnya. Begitu pula cara mereka untuk berkembang biak untuk meneruskan keturunannya.
Setiap tumbuhan juga mengalami siklus hidup yang berbeda-beda tiap individunya. Hal tersebut juga berlaku pada tumbuhan lumut yang mengalami siklus hidup berupa kemampuannya yang dapat berganti-ganti keturunan, biasa juga dikenal dalam istilah biologi dengan metagenesis.
Metagenesis Lumut
Tumbuhan lumut adalah tanaman yang biasa tinggal di area yang lembap dan basah atau area yang kurang terpapar sinar matahari.
Bryophyta atau lebih dikenal dengan tumbuhan lumut ini merupakan kelompok yang paling besar dari tanaman darat, karena terdiri lebih dari 25.000 spesies.
Semua spesies tanaman lumut tersebut berbeda-beda yang ditemukan di berbagai belahan dunia.
Tumbuhan lumut dapat hidup di daerah yang lembah dan basah serta dalam beberapa iklim yang ekstrim yaitu iklim cukup hangat bahkan iklim dingin sekalipun.
Tumbuhan lumut ini di saat kondisi dingin dapat menahan beku di salju tanpa mengalami kerusakan pada tanaman lumutnya sendiri. Tumbuhan lumut umumnya berwarna hijau yang berarti memiliki klorofil yang terdapat pada kloropas, serta terdapat serabut akar.
Ukuran dari daun tanaman lumut sendiri kecil-kecil dan lembut tapi agak berlendir. Tidak hanya sampai di situ saja, tanaman lumut juga mengalami metagenesis lumut atau pergiliran keturunan yang sudah menjadi siklus hidupnya. Hal ini hampir sama dengan metagenesis yang dialami oleh tanaman paku.
Metagenesis yang dialami oleh lumut terjadi di antara fase haploid (gametofit) dan fase diploid (sporofit).
Tidak seperti tanaman paku, fase gametofit pada tumbuhan lumut cenderung lebih dominan dari pada fase sporofit. Bentuk dari gametofit lumut berupa protonema atau lumut muda, sedangkan bentuk sporofit berupa sporangium.
Proses metagenesis lumut dimulai dari berkecambahnya spora, saat di mana spora jatuh di tempat yang cocok dengan habitatnya, yaitu tempat yang lembap dan basah. Spora tersebut akan tumbuh menjadi protalium (protonema).
Pertumbuhan protonema dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang menyebabkan protonema gagal tumbuh. Namun, masih banyak protonema yang berhasil tumbuh besar menjadi tumbuhan lumut dewasa.
Pada fase ini, tanaman lumut akan mulai terbentuk alat kelamin, yaitu arkegonium pada kelamin betina dan anteridium pada kelamin jantan. Keduanya akan sama-sama menghasilkan ovum pada arkegonuim dan menghasilkan spermatozoid pada anteridium.
Setelah ovum dibuahi oleh spermatozoid akan menghasilkan zigot. Zigot ini terus berkembang dan tumbuh lebih besar membentuk embrio. Pertumbuhan embrio terus berkembang hingga menjadi sporongium atau sporofit.
Pada tahapan sporofit inilah yang menjadi akhir dalam satu siklus hidup tumbuhan lumut, yaitu metagenesis lumut. Sporofit akan membentuk sporongium (kotak spora) yang terdapat spora.
Baca juga : Lumut Tanduk
Spora ini yang akan jatuh di tempat yang sesuai dengan habitatnya. Setelah ini, berlanjut ke tahapan selanjutnya yang sama persis dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan akan terus berulang-ulang.
Perbedaan Metagenesis Lumut dan Paku
Tumbuhan lumut sebenarnya hampir mirip dengan tumbuhan paku, begitu pula pada proses metagenesis. Membedakan antara keduanya tidak begitu sulit, pada fase gametofit di tumbuhan paku cenderung lebih pendek dibandingkan dengan tumbuhan lumut.
Sebaliknya, fase sporofi pada tumbuhan paku lebih dominan dibanding dengan tumbuhan lumut. Selain itu, metagenesis pada lumut juga mengalami pergantian keturunan antara generasinya, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit, dan tumbuhan paku tidak mengalaminya.
Baca juga : Percobaan Ingenhousz
Demikian penjelasan singkat mengenai metagenesis lumut yang harus kamu tahu. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan untuk kamu semuanya.