Pithecanthropus Soloensis – Masa pra aksara atau masa zaman purba merupakan zaman yang belum mengenal tulisan. Nenek moyang kita pada zaman ini sangat bergantung tinggi pada alam, baik untuk mencari makanan, bertempat tinggal, memberikan sinyal melalui kode, ataupun mencari pakaian seadanya melalui ranting atau daun lebar serta memiliki feeling yang kuat akan suatu hal.
Pada saat itu, belum banyak ditemukan manusia purba. Salah satunya adalah Pithecantropus. Manusia purba ini dulunya selalu menyendiri dengan kelompok terkecil.
Namun seiring waktu berjalan mereka mulai berubah pola pikirnya yang mempengaruhi cara mencari makan, bertempat tinggal, kebiasaan lama secara perlahan serta mulai bergabung pada kelompok lain untuk hidup berdampingan dalam mencari makan atau hidup sehari-hari.
Ciri-Ciri Pithecantropus Soloensis
Fosil Pithecantropus adalah makhluk purba yang ditemukan di Jawa Tengah dan juga Jawa Timur yang memiliki ciri-ciri badan yang sangat tegap, tulang kecing sangat lebar, memiliki tenggorokan yang tebal dan memanjang, rahang serta pengunyah makanan kuat namun tidak memiliki tulang dagu.
Baca juga : Homo Soloensis
Wajah Pithecantropus masih sedikit berbentuk kera dan belum beralih ke manusia modern. Ilmuwan yang berhasil menemukan fosil ini yaitu Oppenoort, Ter Harr, dan G.H.R Koenigswald di daerah Ngandong, Sangiran, Provinsi Jawa Tengah.
Ada tiga jenis pithecantropus yaitu Pithecantropus Soloensis, Pithecantropus Erectus dan Pithecantropus Mojokertensis.
Tiga manusia purba ini memiliki bentuk tubuh yang sama secara umum. Namun, Pithecanthropus ini dikategorikan lebih baik daripada Pithecanthropus Erestus dan Pithecanthropus Mojokertensis.
Pithecantropus menjadi salah satu manusia purba yang berbeda dengan yang lain karena manusia ini memakan hewan buruan yang keras, gigi-gigi geraham sangat besar, memiliki hitung bangir namun tidak memiliki tulang dagu, volume otak 750-1350 cc yang terletak sepantang pelipis yang lebar dengan badan tinggi, besar, tegap sekitar 165-180 cm.
Manusia purba ini menjadi manusia terkuat pada masanya karena gigi-gigi geraham yang tidak dimiliki manusia purba jenis lainnya.
Cara Hidup Pithecantropus Soloensis
Pada masa itu, Pithecantropus Soloensis masih bertempat tinggal yang bersifat nomaden atau bisa disebut hidup berpindah-pindah jika pada tempat yang sedang di tinggali tidak memiliki stok makanan lagi.
Biasanya, Pithecantropus hidup di dalam goa-goa di pinggir pantai dan meninggalkan bekas makanan berupa tulang-tulangan hewan yang masih bisa ditemukan fosilnya saat ini seperti gua-gua di pinggiran pantai di Solo yang di musiumkan.
Tapi makhluk purba ini hidup tidak lama daripada manusia purba lainnya karena populasi yang tidak berkembang biak secara teraktur. Adat istiadat yang sekarang dijunjung tinggi merupakan kebiasaan dan cara berpikir nenek moyang kita yaitu manusia masa pra aksara.
Baca juga: Kapak Perimbas
Tetapi seiring waktu berjalan, kebiasaan dan cara berpikir mereka berubah, dari yang tidak teratur menjadi teraktur. Fosil manusia purba dalam jenis lainnya yang ditemukan berengkarnasi dari pithecanthropus namun wajah manusia sudah terbentuk sempurna.
Kebudayaan Pithecanthropus Soloensis
Pada masa yang sama, mereka hidup dengan bahasa yang berbeda dengan bahasa saat ini. Bisa dikatakan bahwa mereka berbicara menggunakan bahasa isyarat.
Menurut Von Koenigswald dan R. Weidenreich, Pithecanthropus Soloensis bisa dikategorikan sebagai homo (manusia) karena dari hasil fosil yang diteliti sudah sedikit menunjukan ciri-ciri manusia modern.
Baca juga : Meganthropus Paleojavanicus
Dengan mengenal masa pra aksara yang belum mengenal tulisan, kamu bisa tahu darimana asal kita saat ini terjadi dan siapa nenek moyang yang telah menciptakan kebiasaan-kebiasaan.